The Subtle Art of Not Giving a F*ck karya Mark Manson: Berhenti Peduli pada Hal yang Tidak Penting
![]() |
The Subtle Art of Not Giving a F*ck karya Mark Manson: Berhenti Peduli pada Hal yang Tidak Penting |
Banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan adalah hasil dari pencapaian materi atau status sosial. Jabatan tinggi, mobil mewah, dan pasangan sempurna, semua itu sering dijadikan tolok ukur kesuksesan dan kebahagiaan. Namun, apakah semua itu benar-benar membawa kita pada kebahagiaan sejati? Atau justru membuat kita semakin terjebak dalam tekanan untuk memenuhi standar yang tidak pernah ada habisnya?
Seiring waktu, saya menyadari bahwa kunci kebahagiaan sesungguhnya bukanlah tentang apa yang kita miliki, tetapi bagaimana kita memandang hidup. Hidup bahagia dimulai ketika kita berani berhenti peduli pada hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Alih-alih terus mengejar ekspektasi orang lain, fokuslah pada apa yang benar-benar memberi makna dalam hidup kita.
Standar Masyarakat yang Menyesakkan
Masyarakat sering kali memberikan label-label tertentu tentang apa yang "harus" kita capai di usia tertentu. Misalnya, "Di umur 30-an, kamu harus sudah menikah," atau "Di usia 25, tabunganmu harus mencapai angka sekian." Jika kita tidak memenuhi standar tersebut, kita dianggap gagal. Namun, siapa yang menetapkan aturan-aturan ini? Mengapa kita harus selalu menyesuaikan diri dengan harapan orang lain?
Ironisnya, pengejaran tanpa henti terhadap materi dan pengakuan sering kali menunjukkan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam diri kita. Padahal, jika kita berhenti sejenak dan mulai menerima hidup apa adanya, kita mungkin akan menyadari bahwa banyak hal positif yang sudah kita miliki. Seperti kata bijak yang sering kita dengar: "Kamu tidak akan pernah bahagia jika terus mencari apa itu kebahagiaan. Sama halnya, kamu tidak akan benar-benar menjalani hidup jika terus-menerus mencari makna dalam hidup."
Saya sendiri pernah merasakan tekanan seperti itu. Saat teman-teman sebaya mulai menikah dan memiliki anak, saya merasa ada ekspektasi terselubung untuk mengikuti jejak mereka. Namun, setelah beberapa waktu, saya menyadari bahwa hidup saya tidak bisa diukur hanya dari pencapaian-pencapaian semacam itu. Setiap orang memiliki jalannya masing-masing dan membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuat kita terjebak dalam rasa tidak puas.
Pelajaran dari Buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck
Salah satu buku yang mengubah perspektif saya tentang kebahagiaan adalah The Subtle Art of Not Giving a F*ck karya Mark Manson. Buku ini mengajarkan bahwa untuk bahagia, kita hanya perlu memperhatikan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup kita. Gaya bahasa yang unik, blak-blakan, dan tanpa sensor membuat pesan moralnya begitu mendalam. Tak heran, buku ini menjadi salah satu bestseller versi New York Times .
Salah satu inti dari buku ini adalah: Jika kita berhenti mendengarkan omongan orang lain dan hanya fokus pada hal yang penting bagi kita, momen itulah yang menjadi paling berharga dalam hidup. Ingatlah, hidup kita di dunia hanya sementara. Apakah kamu ingin menghabiskannya dengan menuruti kata semua orang, atau mulai menjalani hidup sesuai dengan apa yang kamu inginkan?
Empat Pelajaran Penting dari Buku Ini
1. Fokus pada Hal yang Benar-Benar Penting
Hidup adalah tentang menentukan prioritas. Sayangnya, kita sering terjebak pada hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Kita merasa sedih ketika orang membicarakan kita di belakang, merasa harus sukses, atau harus terlihat sempurna. Ketika kita terlalu mendengarkan orang lain, kita semakin jauh dari tujuan hidup kita sendiri. Orang yang percaya diri tidak merasa perlu membuktikan dirinya. Begitu pula dengan orang yang kaya; mereka tidak merasa perlu meyakinkan orang lain tentang kekayaannya.
Saya belajar bahwa fokus pada hal-hal yang benar-benar penting berarti mengidentifikasi apa yang membuat kita merasa damai dan puas. Misalnya, saya menyadari bahwa hubungan keluarga lebih penting daripada gaji besar. Saya juga mulai memprioritaskan waktu untuk diri sendiri, seperti membaca buku atau berolahraga, daripada terus-menerus mengejar promosi jabatan yang hanya meningkatkan stres.
2. Kita Selalu Punya Pilihan
Saat masalah datang, kita sering merasa bahwa ini adalah takdir dan tidak ada pilihan lain. Padahal, kita selalu punya pilihan. Contohnya, saat hujan turun, kita bisa berteduh, menggunakan payung, atau bahkan mengumpat langit karena hujan. Tentu saja, ada hal yang tidak bisa kita kontrol. Namun, kebahagiaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri, dan pilihan ada di tangan kita.
Dalam hidup saya, ada masa ketika pekerjaan menjadi sangat menekan. Alih-alih terus bertahan demi gaji bulanan, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dan mencari peluang baru. Keputusan itu sulit, tetapi saya menyadari bahwa saya punya pilihan untuk mengubah situasi saya. Meskipun awalnya menakutkan, ternyata itu adalah langkah yang tepat.
3. Kegagalan Bukan Masalah
Penulis bercerita tentang bagaimana dia mengundurkan diri sebagai karyawan, keliling dunia, dan memulai usahanya sendiri. Awalnya, ini adalah tanggung jawab besar. Tidak ada lagi gaji bulanan, dan hidupnya sepenuhnya bergantung pada dirinya sendiri. Meski awalnya menakutkan, setelah melewati berbagai kegagalan, ternyata ini adalah keputusan yang tepat. Kalau saja dia tidak berhenti dari pekerjaannya, mungkin dia tidak akan menjadi penulis buku bestseller seperti sekarang.
Saya juga pernah mengalami kegagalan dalam karier dan hubungan. Awalnya, rasanya seperti dunia runtuh. Namun, saya belajar bahwa kegagalan adalah bagian dari proses. Kegagalan mengajarkan kita untuk bangkit lebih kuat dan lebih bijaksana. Tanpa kegagalan, mungkin kita tidak akan pernah menemukan potensi terbaik dalam diri kita.
4. Nikmati Masalah sebagai Bagian dari Hidup
Mayoritas orang hidup untuk menjauhi masalah. Padahal, selama kita masih hidup, pasti selalu ada masalah. Penulis menawarkan sudut pandang berbeda: Kebahagiaan sejati hanya muncul saat kita menikmati masalah dan bahagia ketika berhasil menyelesaikannya. Ibarat menyusun puzzle, meskipun rumit, kita bahagia saat berhasil menyelesaikannya. Ketika satu masalah selesai, masalah baru pasti datang. Oleh karena itu, terimalah masalah sebagai bagian dari hidup dan selesaikanlah dengan sabar.
Saya mulai melihat masalah sebagai tantangan yang membuat hidup lebih berwarna. Misalnya, ketika proyek kerja tidak berjalan sesuai rencana, saya tidak langsung panik. Sebaliknya, saya mencoba mencari solusi dan belajar dari kesalahan. Hasilnya, saya menjadi lebih tangguh dan optimis.
Menjadi Biasa-Biasa Aja Tidak Salah
Di era sekarang, menjadi biasa-biasa saja sering dianggap sebagai kegagalan. Padahal, mayoritas orang di dunia menjalani hidup yang biasa-biasa saja. Mereka tidak berada di spektrum "spesial", melainkan di tengah. Jika kamu menyadari hal ini, kamu akan lebih mudah menerima hidupmu dan terbuka untuk menghargai hal-hal sederhana.
Saya sendiri pernah merasa iri melihat teman-teman yang tampak sangat sukses di media sosial. Namun, setelah berpikir ulang, saya menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari pengakuan orang lain. Melainkan dari kemampuan kita untuk menerima diri sendiri apa adanya dan menikmati hidup secara sederhana.
Penutup
Hidup terlalu singkat jika kita terlalu banyak mendengarkan omongan orang lain. Fokuslah pada hal yang benar-benar penting bagi hidupmu, nikmatilah setiap momen, dan jalani hidup sesuai dengan cara yang kamu inginkan. Kebahagiaan bukan tentang memiliki segalanya, melainkan tentang menerima apa yang kita miliki dan mensyukurinya.
Berhenti peduli pada hal-hal yang tidak penting dan mulailah menemukan kebahagiaan sejati dalam hidupmu sendiri. Ingat, hidupmu adalah ceritamu sendiri. Jangan biarkan orang lain menulis naskahnya untukmu. Ketika kita berani mengambil kendali atas hidup kita, barulah kita bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip ini, saya yakin bahwa kita semua bisa menemukan kebahagiaan yang lebih dalam dan bermakna. Kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan yang kita nikmati setiap langkahnya. Jadi, mulailah hari ini dengan memilih untuk berhenti peduli pada hal-hal yang tidak penting dan fokus pada apa yang benar-benar berarti bagi hidupmu.